Amazon
Photo Macro of The Day
National Geographic
Google Search
Hal yang sangat sederhana tapi trick ini akan membuat kagum bagi mereka yang melihat, hanya membutuhkan model yang baik dan shutter speed yang tinggi. kamu tidak membutuhkan kawat transparan atau teman dengan kekuatan super power untuk mengambil gambar ini.
Hanya pastikan kamu mendapatkan model yang bisa dan tahan lama untuk lompat-lompat sesuai dengan perintahmu. tidak mudah bosan. setting kameramu pada shutter speed yang tinggi untuk memastikan gambar model yang di ambil tidak akan buram. triknya adalah meminta model untuk melompat-lompat dengan lengan tetap tegak lurus dan kaki sejajar dengan tanah.
Ini akan menampilkan kesan model terlihat menggantung diudara dan melayang.cobalah dengan pose dan setting yang berbeda, atau dengan kostum superman untuk mendapakan gambar yang menarik.
Sumber: (http://xv.staticblur.com/?q=node/17)
Ketika hendak membeli sebuah barang, sering kali kita selalu meminta masukan dari teman-teman. Hal ini juga terjadi ketika membeli kamera digital, dan nasehat yang paling sering terucap adalah �Cari yang Megapixelnya paling besar, hasilnya pasti paling bagus�, atau �Cari yang Zoomnya paling besar, kameraku bisa 40x zoom, kameranya dia cuman 3x zoom tuh�, atau bisa juga �Cari yang ada anti getarnya saja, karena kameraku harganya cuman 1 juta sudah ada anti getarnya lho�, dan lain sebagainya.
Nasehat-nasehat seperti ini jelas kurang bertanggung jawab dan sedikit banyak bisa dikatakan menjerumuskan. Tapi selain itu, ada juga yang memberikan nasehat yang isinya benar, tapi tidak sesuai dengan kebutuhan si pemakai. Misalnya ingin membeli sebuah mobil yang akan gunakan untuk mengangkut barang, mungkin waktu itu terpikir untuk membeli LX300, tapi ketika meminta nasehat teman, dia mengatakan, �Jangan pakai LX300, pakai Mercedes S-Class saja, tarikannya lebih kenceng, lebih nyaman, dan lebih keren�. Kalimatnya nggak salah sih, tapi jelas si pemberi nasehat tidak menyesuaikan nasehatnya dengan kebutuhan dari si peminta nasehat. Hal inilah yang paling sering terjadi di dalam membeli barang apapun.
Ketika kita hendak membeli kamera digital, yang paling tepat seharusnya disesuaikan dengan kebutuhan. Untuk mengerti kamera mana yang paling cocok untuk sesuai dengan kebutuhan, maka mau tidak mau, sedikit banyak Anda harus memiliki pengetahuan tentang fitur-fitur yang ada pada kamera digital, serta faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gambar.
Disini akan menjelaskan secara garis besar, dimulai dari faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas gambar, fungsi-fungsi dari beberapa spesifikasi kamera, dan fitur-fitur yang dirasa perlu untuk dipertimbangkan.
1. Sensor
Sensor merupakan salah satu komponen yang terpenting dan sangat mempengaruhi kualitas gambar. Sensor inilah yang bertugas untuk menangkap cahaya dari lensa sehingga akhirnya bisa menghasilkan gambar. Perlu juga diperhatikan adalah ukuran sensor dan kualitas sensornya. Sayang sekali untuk mengetahui kualitas sensor yang digunakan hampir tidak mungkin bagi orang awam, jadi yang bisa digunakan sebagai patokan hanyalah ukuran sensornya.
Semakin besar ukuran sensor akan semakin bagus kualitas gambarnya. Sensor adalah salah satu bagian dari kamera yang harganya mahal, sehingga tentunya semakin besar ukuran sensornya akan semakin mahal kameranya. Ukuran sensor yang sering digunakan adalah seperti gambar berikut ini.
2. Lensa
Kalau kita membeli kamera DSLR (kamera yang lensanya bisa diganti-ganti), faktor lensa sangat berpengaruh terhadap kualitas gambar. Lensa yang bagus akan beda sekali hasil dan performanya dengan lensa yang pas-pasan. Tapi kalau Anda membeli kamera yang bukan DSLR (Digital Single Lens Reflector), baik kamera pocket ataupun kamera prosumer, faktor lensa ini boleh kita abaikan dan tidak perlu jadi bahan pertimbangan kita. Meskipun kamera tersebut menggunakan lensa Carl Zeiss, Leica, Schneider Kreuznach, dan lain sebagainya toh percuma saja karena produsen-produsen tersebut tetap harus menyesuaikan produknya dengan harga yang diminta.
Bila dilihat dari harga kamera yang berkisar antara 2-3 jutaan, maka besar untuk dipastikan produsen tadi hanya menggunakan lensa-lensa carl zeiss standar kebutuhan saja jadi bukan lensa dengan kualitas yang betul-betul top.
Lain halnya bila Anda menggunakan kamera DSLR. Saat Anda menggunakan lensa-lensa Leica atau Carl Zeiss, maka hasilnya akan meningkat secara significant, tapi tentu saja Anda harus merogoh kocek yang jauh lebih besar. Sebagai contoh, kalau menggunakan kamera Canon, bisa diketahui harga lensa jenis Canon 50 mm F1.4 kurang lebih 3 jutaan, sedangkan harga lensa Leica 50 mm F1.4 kurang lebih 30 juta.
3. Focal Length dan Zoom
Sebetulnya faktor ini adalah bagian dari lensa, tapi untuk bisa lebih fokus saat Anda memilih kamera-kamera pocket, maka dirasa faktor ini lebih baik bila dibahas terpisah. Focal Length inilah yang menentukan sudut pandang dari suatu lensa dan juga menentukan seberapa jauh suatu objek bisa kita dekatkan.
Satuan dari Focal length ini adalah mm. Misalnya 28-105 mm. Perlu diingat semakin Kecil angkanya, semakin lebar sudut pandangnya dan semakin jauh objeknya, semakin besar angkanya, semakin sempit sudut pandangnya dan semakin dekat objeknya.
Gambar di atas menunjukkan perbedaan Sudut pandang antara menggunakan lensa 10 mm dengan lensa 12 mm, di situ terlihat bahwa pada posisi yang sama, bila menggunakan lensa 10 mm akan menghasilkan gambar yang lebih lebar dibandingkan dengan menggunakan lensa 12 mm.
Gambar di bawah ini menunjukkan perbedaan jarak dengan objek. Disini menunjukkan bahwa semakin besar focal length, kita bisa memotret objek yang jaraknya lebih jauh. Gambar B1 menggunakan lensa 70 mm, sedang gambar B2 menggunakan lensa 200mm.
Focal length yang umum digunakan pada kamera pocket adalah 35-105 mm, 35-140 mm, 28-112 mm. Bila Anda menyukai foto pemandangan atau sering foto di ruangan yang sempit, sebaiknya mencari kamera yang memiliki lensa lebar, sekitar 28 mm. Kalau suka foto binatang atau foto-foto candid sebaiknya kita cari kamera yang memiliki focal length sampai 200 mm ke atas.
Mungkin bagi Anda yang masih awan dengan fitur optical zoom, maka ada baiknya Anda harus mengetahui dasar penghitungan optical zoom. Optical Zoom adalah rentang dari lensa. Misal lensa 28-112 mm, itu berarti optical zoomnya adalah 112 dibagi 28 = 4x optical zoom, kalau lensa 35-420 mm, itu berarti 420 dibagi 35 = 12x optical zoom.
Dengan pengertian ini, maka Anda tidak lagi gegabah dengan mengatakan bahwa kamera dengan optical zoom 12x akan lebih bagus dari kamera dengan optical zoom 4x. Itu semua tergantung kebutuhan.
Misalnya untuk contoh di atas, yaitu dengan menggunakan lensa 35-420 mm, kita akan nyaman sekali bila kita suka memfoto objek yang jaraknya jauh, maka Anda tidak perlu repot-repot mendekati objek, tapi cukup dengan menekan tombol zoom saja, maka lensa dari kamera lah yang akan maju, tapi bila berada di ruangan yang sempit, padahal kita hendak memfoto serombongan orang (misalnya 6 orang yang berdiri berjejer), mungkin sekali bahwa kamera kita tidak bisa mencakup ke enam objek tersebut, tapi kamera dengan lensa 28 mm akan sanggup melakukannya.
Digital Zoom adalah perbesaran objek secara software, secara kasar dapat kita katakan bahwa digital zoom ini adalah zoom boongan. Kenapa begitu ? Karena digital zoom akan mereduksi kualitas dari gambar, dan selain itu digital zoom masih dapat kita lakukan dengan menggunakan software komputer. Jadi digital zoom bukanlah point yang akan kita pakai dalam memilih kamera digital.
Tapi karena ketidaktahuan pemakai, para produsen sering menggunakan hal ini untuk menipu.
Sering kali kita lihat ada kamera dengan total zoom 40x, padahal sebenarnya optical zoomnya 4x dan digital zoomnya 10x, jadi kalau 4 kita kalikan dengan 10 akan jadi 40x. Hati-hatilah dengan produsen yang nakal. Bersambung���
Sumber: Komputek Online
Teknik-teknik dasar pemotretan adalah suatu hal yang harus dikuasai agar dapat menghasilkan foto yang baik. Kriteria foto yang baik sebenarnya berbeda-beda bagi setiap orang, namun ada sebuah kesamaan pendapat yang dapat dijadikan acuan. Foto yang baik memiliki ketajaman gambar (fokus) dan pencahayaan (eksposure) yang tepat.
A. FOKUS
Focusing ialah kegiatan mengatur ketajaman objek foto, dilakukan dengan memutar ring fokus pada lensa sehingga terlihat pada jendela bidik objek yang semula kurang jelas menjadi jelas (fokus). Foto dikatakan fokus bila objek terlihat tajam/jelas dan memiliki garis-garis yang tegas (tidak kabur). Pada ring fokus, terdapat angka-angka yang menunjukkan jarak (dalam meter atau feet) objek dengan lensa.
B. EKSPOSURE
Hal paling penting yang harus diperhatikan dalam melakukan pemotretan adalah unsur pencahayaan. Pencahayaan adalah proses dicahayainya film yang ada dikamera. Dalam hal ini, cahaya yang diterima objek harus cukup sehingga dapat terekam dalam film. Proses pencahayaan (exposure) menyangkut perpaduan beberapa hal, yaitu besarnya bukaan diafragma, kecepatan rana dan kepekaan film (ISO). Ketiga hal tersebut menentukan keberhasilan fotografer dalam mendapatkan film yang tercahayai normal, yaitu cahaya yang masuk ke film sesuai dengan yang dibutuhkan objek, tidak kelebihan cahaya (over exposed) atau kekurangan cahaya (under exposed).
Bukaan Diafragma (apperture)
Diafragma berfungsi sebagai jendela pada lensa yang mengendalikan sedikit atau banyaknya cahaya melewati lensa. Ukuran besar bukaan diafragma dilambangkan dengan f/angka. Angka-angka ini tertera pada lensa : 1,4 ; 2 ; 2,8 ; 4 ; 5,6 ; 8 ; 11 ; 16 ; 22 ; dst. Penulisan diafragma ialah f/1,4 atau f/22. Angka-angka tersebut menunjukkan besar kecilnya bukaan diafragma pada lensa. Bukaan diafragma digunakan untuk menentukan intensitas cahaya yang masuk.
Hubungan antara angka dengan bukaan diafragma ialah berbanding terbalik.
"Semakin besar f/angka, semakin kecil bukaan diafragma, sehingga cahaya yang masuk semakin sedikit. Sebaliknya, semakin kecil f/angka semakin lebar bukaan diafragmanya sehingga cahaya yang masuk semakin banyak."
Kecepatan Rana (shutter speed)
Kecepatan rana ialah cepat atau lambatnya rana bekerja membuka lalu menutup kembali. Shutter speed mengendalikan lama cahaya mengenai film. Cara kerja rana seperti jendela. Rana berada di depan bidang film dan selalu tertutup jika shutter release tidak ditekan, untuk melindungi bidang film dari cahaya. Saat shutter release ditekan, maka rana aka membuka dan menutup kembali sehingga cahaya dapat masuk dan menyinari film.
Ukuran kecepatan rana dihitung dalam satuan per detik, yaitu: 1 ; 2 ; 4 ; 8 ; 15 ; 30 ; 60 ; 125 ; 250 ; 500 ; 1000 ; 2000 ; dan B. .Angka 1 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/1 detik. Angka 2000 berarti rana membuka dengan kecepatan 1/2000 detik, dst. B (Bulb) berarti kecepatan tanpa batas waktu (rana membuka selama shutter release ditekan)
Hubungan antara angka dengan kecepatan rana membuka menutup ialah berbanding lurus. "Semakin besar angkanya berarti semakin cepat rana membuka dan menutup, maka semakin sedikit cahaya yang masuk. Semakin kecil angkanya, berarti semakin lambat rana membuka dan menutup, maka semakin banyak cahaya yang masuk"
Kepekaan Film (ISO)
Makin kecil satuan film (semakin rendah ISO), maka film kurang peka cahaya sehingga makin banyak cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut, sebaliknya semakin tinggi ISO maka film semakin peka cahaya sehingga makin sedikit cahaya yang dibutuhkan untuk menyinari film tersebut. Misal, ASA 100 lebih banyak membutuhkan cahaya daripada ASA 400.
Sumber: (http://mylaut.blogspot.com/2008/02/teknik-dasar-fotografi.html)
Suasana malam hari memang selalu penuh misteri, tak jarang banyak masyarakat, khususnya para penggemar fotografi mengabadikan momentum malam hari lewat jepretan-jepretannya.
Namun, terkadang banyak fotografer yang harus berulang kali memotret karena hasil jepretan yang kurang maksimal. Memotret suasana di malam hari memang dapat dikatakan gampang-gampang susah. Hal itu jauh berbeda ketika memotret di siang hari. Suasana gelap di waktu malam membuat jarak pandang semakin terbatas sehingga memerlukan beberapa trik untuk mendapatkan hasil yang sempurna.
Faktor pertama yang harus diperhatikan ialah tentukan dan perhatikan objek yang akan anda bidik. Bila anda memotret manusia, perhatikan suasana di sekitar objek, sehingga anda dapat memilih angle yang menurut anda menarik.
Pemilihan waktu juga perlu diperhatikan, sebaiknya pemotretan jangan dilakukan di waktu malam pekat. Pilih waktu blue-hour, di mana nuansa langit biru masih dapat terlihat.
Jika anda ingin memotret suasana kota di malam hari untuk menjadi objek bidikan, Malektips.com, memiliki beberapa tips yang dapat anda perhatikan. Jika anda telah menemukan lokasi yang menjadi pilihan ada baiknya anda menggunakan mode self-timer untuk mengurangi resiko berubahnya posisi kamera. Minimnya cahaya membuat kamera harus berada pada posisi diam. Tak ada salahnya anda membawa Tripod untuk menopang posisi kamera.
Langkah selanjutnya, pastikan mode yang anda gunakan adalah Night Program atau Scene Mode karena secara otomatis kamera akan membantu mendapatkan kualitas gambar yang maksimal.
Selain itu, banyak orang yang beranggapan karena malam hari, maka lebih baik menggunakan lampu kilat padahal tak selamanya lampu tersebut membantu. Untuk beberapa kamera digital yang telah mampu memotret di kondisi cahaya rendah tanpa flash. Penggunaan flash harus diperhatikan karena dapat mengganggu orang di sekitar anda, jika memotret dalam suasana ramai. Anda dapat meningkatkan ISO di kamera anda, agar lampu kilat tak harus dikurangi.
Permasalahan lain yang sering dihadapi dalam memotret di malam hari adalah hasil gambar yang nge-blur. Menurut situs Malektips yang dikutip Jumat (10/10/2008) hasil sedikit blur di malam hari terkadang dapat menambah kesan artistik dalam foto anda, asalkan blur dalam foto itu masih dapat ditolerir.
sumber okezone.com
Dari tips-tips dibawah akan juga menyinggung beberapa hal lain, seperti rule of third, hyperfocal distance yang biasa di ajarkan di privat photography dan privat photography, dll yang hanya dijelaskan singkat krn bisa menjadi satu topik sendiri.
1. Maksimalkan depth of field (dof)
Sebuah pendekatan konsep normal dari sebuah landscape photography adalah �tajam dari ujung kaki sampai ke ujung horizon�. Konsep dasar teori privat photography dan privat photography �oldies� ini menyatakan bahwa sebuah foto landscape selayaknya sebanyak mungkin semua bagian dari foto adalah focus (tajam). Untuk mendapatkan ketajaman lebar atau dgn kata lain bidang depth of focus (dof) yang selebar2nya, bisa menggunakan apperture (bukaan diafragma) yang sekecil mungkin (f number besar), misalnya f14, f16, f18, f22, f32, dst.Tentu saja dgn semakin kecilnya apperture, berarti semakin lamanya exposure.
Karena keterbatasan lensa (yang tidak mampu mencapai f32 dan/atau f64) atau posisi spot di mana kita berdiri tidak mendukung, sebuah pendekatan lain bisa kita gunakan, yaitu teori hyper-focal, untuk mendapatkan bidang fokus yang �optimal� sesuai dgn scene yang kita hadapi. Inti dari jarak hyper-focal adalah meletakan titik focus pada posisi yang tepat untuk mendapatkan bidang focus yg seluas-luasnya yg dimungkinkan sehingga akan tajam dari fg hingga ke bg.Dengan dof lebar, akibat penggunaan f/20 dan pengaplikasian hyper-focal distance untuk menentukan focus
2. Gunakan tripod dan cable release
Dari #1 diatas, akibat dari semakin lebarnya dof yang berakibat semakin lamanya exposure, dibutuhkan tripod untuk long exposure untuk menjamin agar foto yang dihasilkan tajam. Cable release juga akan sangat membantu. Jika kamera memiliki fasilitas untuk mirror-lock up, maka fasilitas itu bisa juga digunakan untuk menghindari micro-shake akibat dari hentakkan mirror saat awal.
3. Carilah focal point atau titik focus
Titik focus disini bukanlah titik dimana focus dari kamera diletakkan, tapi lebih merupakan titik dimana mata akan pertama kali tertuju (eye-contact) saat melihat foto, untuk lebih mendasarnya ada baiknya anda mengikuti privat fotografi, kursus foto dan privat foto.
Hampir semua foto yang �baik� mempunyai focal point, atau titik focus atau lebih sering secara salah kaprah disebut poi (point of interest). Sebetulnya justru sebuah landscape photography membutuhkan sebuah focal point untuk menarik mata berhenti sesaat sebelum mata mulai mengexplore detail keseluruhan foto. Focal point tidak mesti harus menjadi poi dari sebuah foto.Sebuah foto yang tanpa focal point, akan membuat mata �wandering� tanpa sempat berhenti, yang mengakibatkan kehilangan ketertarikan pada sebah foto landscape(coba anda ikutilah kelas photography course dan kursus privat fotografi). Sering foto seperti itu disebut datar (bland) saja.Focal point bisa berupa berupa bangunan (yg kecil atau unik diantara dataran kosong), pohon (yg berdiri sendiri, ikutilah kelas photography course dan kursus privat fotografi), batu (atau sekumpulan batu), orang atau binatang, atau siluet bentuk yg kontrast dgn bg, dst.
Peletakan dimana focal point juga kadang sangat berpengaruh, disini aturan �oldies� rule of third bermain
Sumber: http://www.ekowahyu.com
Klinik Fotografi Kompas (KFK) kali ini menampilkan karya-karya dua orang Indonesia yang sangat intens berburu foto slow speed landscape ini, yaitu Gathot Subroto dan Zulkarnain Katili. Kedua pehobi fotografi fanatik ini selalu membawa perlengkapan-perlengkapan wajib fotografi jenis ini, yaitu tripod, filter-filter Neutral Density (ND) tingkat tinggi, dan juga filter polarizer (PL). Perhatikan karya-karya mereka di halaman ini yang memberi warna lain dari sebuah foto pemandangan alam Indonesia. Gerakan air dan bintang yang terekam dalam foto menimbulkan efek seakan bukan alam nyata.
Prinsip utama slow speed landscape adalah kita memaksa rana kamera agar berkecepatan rendah. Maka, sesuai dengan prinsip fotografi, berarti jumlah cahaya yang masuk ke kamera harus sesedikit mungkin. Kecepatan rana yang rendah akhirnya menuntut kedudukan kamera yang stabil. Untuk itulah diperlukan bantuan sebuah tripod.
Hal terpenting adalah bagaimana kita bisa mengurangi cahaya yang masuk ke dalam kamera agar menghasilkan kecepatan rana rendah. Alat yang paling ampuh dalam hal ini adalah filter ND tingkat tinggi. Gathot dan Zulkarnain selalu membawa filter ND 400 yang mampu menurunkan tingkat pencahayaan sampai sekitar 8 stop, dan ND 1000 yang menurunkan tingkat pencahayaan sampai sekitar 10 stop.
Sebagai tambahan agar kecepatan rana rendah adalah pemilihan ISO serendah mungkin serta bukaan diafragma sekecil mungkin.
Jadi, manakala Anda akan membuat sebuah foto slow speed landscape, hal utama yang harus dicamkan adalah apakah ada elemen foto yang akan terekam geraknya. Elemen-elemen itu umumnya adalah air untuk pemandangan siang hari atau bintang untuk pemandangan malam hari.
Kemudian, persiapkan kamera dengan lensa yang sesuai di atas sebuah tripod yang kokoh. Atur komposisi sesuai dengan rencana. Setelah itu, barulah filter ND 400 atau 1000 dipasang. Ingat, kedua filter ini sangat pekat, nyaris tidak tembus pandang, sehingga Anda sulit membidik kalau dipasang sebelum pengomposisian dirancang. Untuk mendapatkan kecepatan rana yang sangat rendah, kedua filter ND 400 dan 1000 bisa dipasang sekaligus, dan ditambah lagi dengan filter PL.
Untuk mendapatkan kecepatan rana yang ideal pada pemandangan tertentu tidaklah ada rumus pastinya. Pengalaman dan banyak mencoba akan membuat Anda bisa memperkirakan berapa filter yang harus dipasang untuk kondisi-kondisi tertentu. Slow speed lanscape bukanlah cabang fotografi baru. Namun, pada era digital ini ia makin mendapatkan pengakuan dan makin banyak dikerjakan para penggiat fotografi.
Sumber: Arbain Rambey (http://kfk.kompas.com/blog/2009/07/21/memahami-slow-speed-landscape-28201)
Prinsip utama slow speed landscape adalah kita memaksa rana kamera agar berkecepatan rendah. Maka, sesuai dengan prinsip fotografi, berarti jumlah cahaya yang masuk ke kamera harus sesedikit mungkin. Kecepatan rana yang rendah akhirnya menuntut kedudukan kamera yang stabil. Untuk itulah diperlukan bantuan sebuah tripod.
Hal terpenting adalah bagaimana kita bisa mengurangi cahaya yang masuk ke dalam kamera agar menghasilkan kecepatan rana rendah. Alat yang paling ampuh dalam hal ini adalah filter ND tingkat tinggi. Gathot dan Zulkarnain selalu membawa filter ND 400 yang mampu menurunkan tingkat pencahayaan sampai sekitar 8 stop, dan ND 1000 yang menurunkan tingkat pencahayaan sampai sekitar 10 stop.
Sebagai tambahan agar kecepatan rana rendah adalah pemilihan ISO serendah mungkin serta bukaan diafragma sekecil mungkin.
Jadi, manakala Anda akan membuat sebuah foto slow speed landscape, hal utama yang harus dicamkan adalah apakah ada elemen foto yang akan terekam geraknya. Elemen-elemen itu umumnya adalah air untuk pemandangan siang hari atau bintang untuk pemandangan malam hari.
Kemudian, persiapkan kamera dengan lensa yang sesuai di atas sebuah tripod yang kokoh. Atur komposisi sesuai dengan rencana. Setelah itu, barulah filter ND 400 atau 1000 dipasang. Ingat, kedua filter ini sangat pekat, nyaris tidak tembus pandang, sehingga Anda sulit membidik kalau dipasang sebelum pengomposisian dirancang. Untuk mendapatkan kecepatan rana yang sangat rendah, kedua filter ND 400 dan 1000 bisa dipasang sekaligus, dan ditambah lagi dengan filter PL.
Untuk mendapatkan kecepatan rana yang ideal pada pemandangan tertentu tidaklah ada rumus pastinya. Pengalaman dan banyak mencoba akan membuat Anda bisa memperkirakan berapa filter yang harus dipasang untuk kondisi-kondisi tertentu. Slow speed lanscape bukanlah cabang fotografi baru. Namun, pada era digital ini ia makin mendapatkan pengakuan dan makin banyak dikerjakan para penggiat fotografi.
Sumber: Arbain Rambey (http://kfk.kompas.com/blog/2009/07/21/memahami-slow-speed-landscape-28201)
Subscribe to:
Posts (Atom)